Rabu, 01 Januari 2014
Premiere Residence Depok - Depan DTC Sawangan
Setelah Berhasil memasarkan perumahan mewah di Sawangan
– Depok, Townhouse Casatorina kini dengan bangga kami dari Yes Properti
menghadirkan Hunian Premium di KOTA Depok, dengan Segmen Pasar High End di KOTA
Depok, Sangat Prestisius dengan Tematik unitnya dimana anda akan dimanjakan
dengan penataan ruangan yang dinamis mengikuti Trend Properti di Indonesia.
Tipe One Class dengan Bangunan ukuran 140m dengan satu
kamar tidur dibawah, Ruangan yang menyatu antara ruangan tamu dan keluarga
menandakan citra penghuninya yang hangat dan smart , serta dengan pilihan
ornamen-ornamen yang sangat unik menambah cita rasa kemewahan bagi penghuninya,
ruang service area sangat cozy dan nyaman dengan Privaci tetap terjaga,
Selasa, 24 Desember 2013
KOMPAS.com - Mengadopsi gaya rumah-rumah bandar abad ke-19, kini banyak berkembang pembangunan perumahan berkonsep town house.
Rumah berderet-deret dengan halaman bersama ini banyak diterapkan di
perkotaan untuk memaksimalkan fungsi lahan, mengingat harga tanah
semakin mahal.
Berbeda dengan apartemen yang memiliki ketinggian lebih dari empat lantai, konsep town house memiliki ketinggian maksimal empat lantai. Intensitas lahan dan penghuni di dalamnya lebih rendah dibanding apartemen, sehingga privasi tersebut lebih terjaga.
Berbeda dengan apartemen yang memiliki ketinggian lebih dari empat lantai, konsep town house memiliki ketinggian maksimal empat lantai. Intensitas lahan dan penghuni di dalamnya lebih rendah dibanding apartemen, sehingga privasi tersebut lebih terjaga.
DEPOK, KOMPAS.com — Perkembangan Depok terkini adalah
pembangunan sektor properti yang terjadi secara sporadis, tidak
terencana dengan matang dan nirpedoman baku (guideline). Banyak titik tertentu yang seharusnya merupakan daerah resapan, disulap menjadi kawasan permukiman dan komersial.
"Depok tidak pintar memanfaatkan potensinya. Tidak ada grand design yang menjadi penuntun arah perkembangan kota ke depan. Saat ini, pembangunan berjalan sporadis apa adanya, mengikuti dinamika dan mekanisme pasar," kata Staf Pengajar Tata Ruang Departemen Geografi, F-MIPA, Universitas Indonesia, Tarsoen Wiryono kepada Kompas.com, Jumat (13/9/2013).
Maraknya pembangunan town house dan perumahan-perumahan dalam konsep cluster berukuran kecil, ujar Tarsoen, mulai dikhawatirkan menciptakan masalah baru. Kehadirannya menggerus area-area hijau tempat akumulasi air berada.
Namun demikian, Tarsoen tak menampik bahwa Depok telah lama menjadi kawasan permukiman. "Selama keberadaan sarana permukiman tersebut tidak melanggar aturan dan ketentuan yang tercantum dalam Undang-Undang No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, maka tidak masalah. Apalagi melengkapinya dengan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), produksi air bersih sendiri, dan 30 persen ruang terbuka hijau," imbuh Tarsoen.
Ia menyarankan Pemerintah Kota Depok agar secepatnya membuat grand design untuk kawasan-kawasan perkembangan baru yang berpotensi meningkatkan daya ekonomi sehingga tercipta sentra-sentra atau basis ekonomi baru. Dengan begitu, pusat aktivitas bisnis sebagai sentra kemacetan yang selama ini teraglomerasi di Jalan Raya Margonda dapat tersebar merata.
Menurut Tarsoen, kawasan perkembangan baru tersebut berorientasi ke arah Selatan, terutama Sawangan. Kawasan ini terkoneksi dengan Parung dan Leuwiliang (Bogor) serta Serpong (Tangerang Selatan) dengan keunggulan masing-masing yang bisa dijalin secara sinergis. Aksesibilitasnya pun mudah dan memadai. Ketiganya terkoneksi dengan jalan utama dan lingkungan dengan kualitas baik.
"Sawangan berpotensi menjadi kawasan terbuka, yang menghubungkan Depok kota dengan ketiga kawasan tersebut. Betapa prospek ke depannya akan sangat cerah sekaligus dapat mengurangi beban kota yang terpusat di Jalan Raya Margonda. Lahan kosong nonproduktif masih tersedia luas dan bisa dimanfaatkan sebagai permukiman sekaligus komersial," tandasnya.
Jika Depok mampu memanfaatkan peluang tersebut, maka Sawangan akan tampil sebagai kekuatan ekonomi baru. Harga lahannya masih relatif lebih murah yakni sekitar Rp 750.000 hingga Rp 2,5 juta per meter persegi.
"Depok tidak pintar memanfaatkan potensinya. Tidak ada grand design yang menjadi penuntun arah perkembangan kota ke depan. Saat ini, pembangunan berjalan sporadis apa adanya, mengikuti dinamika dan mekanisme pasar," kata Staf Pengajar Tata Ruang Departemen Geografi, F-MIPA, Universitas Indonesia, Tarsoen Wiryono kepada Kompas.com, Jumat (13/9/2013).
Maraknya pembangunan town house dan perumahan-perumahan dalam konsep cluster berukuran kecil, ujar Tarsoen, mulai dikhawatirkan menciptakan masalah baru. Kehadirannya menggerus area-area hijau tempat akumulasi air berada.
Namun demikian, Tarsoen tak menampik bahwa Depok telah lama menjadi kawasan permukiman. "Selama keberadaan sarana permukiman tersebut tidak melanggar aturan dan ketentuan yang tercantum dalam Undang-Undang No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, maka tidak masalah. Apalagi melengkapinya dengan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), produksi air bersih sendiri, dan 30 persen ruang terbuka hijau," imbuh Tarsoen.
Ia menyarankan Pemerintah Kota Depok agar secepatnya membuat grand design untuk kawasan-kawasan perkembangan baru yang berpotensi meningkatkan daya ekonomi sehingga tercipta sentra-sentra atau basis ekonomi baru. Dengan begitu, pusat aktivitas bisnis sebagai sentra kemacetan yang selama ini teraglomerasi di Jalan Raya Margonda dapat tersebar merata.
Menurut Tarsoen, kawasan perkembangan baru tersebut berorientasi ke arah Selatan, terutama Sawangan. Kawasan ini terkoneksi dengan Parung dan Leuwiliang (Bogor) serta Serpong (Tangerang Selatan) dengan keunggulan masing-masing yang bisa dijalin secara sinergis. Aksesibilitasnya pun mudah dan memadai. Ketiganya terkoneksi dengan jalan utama dan lingkungan dengan kualitas baik.
"Sawangan berpotensi menjadi kawasan terbuka, yang menghubungkan Depok kota dengan ketiga kawasan tersebut. Betapa prospek ke depannya akan sangat cerah sekaligus dapat mengurangi beban kota yang terpusat di Jalan Raya Margonda. Lahan kosong nonproduktif masih tersedia luas dan bisa dimanfaatkan sebagai permukiman sekaligus komersial," tandasnya.
Jika Depok mampu memanfaatkan peluang tersebut, maka Sawangan akan tampil sebagai kekuatan ekonomi baru. Harga lahannya masih relatif lebih murah yakni sekitar Rp 750.000 hingga Rp 2,5 juta per meter persegi.
Rencana pembangunan dua jalan tol yang melintas di Kota Depok akan
dimulai tahun ini. Dua jalan tol yang akan dibangun itu adalah Jalan Tol
Pangeran Antasari-Citayam-Bojonggede sepanjang 22 kilometer dan Jalan
Tol Cinere-Jagorawi sepanjang 14,5 kilometer. Pembangunan dua jalan tol
di Depok dinilai sebagai pembangunan transformasi ketiga di kota satelit
ini.
Transformasi pertama adalah pembangunan kawasan perumnas tahun 1976-1980, dan dianggap pembangunan yang berhasil karena merupakan proyek percontohan perumnas. Transformasi kedua adalah pindahnya Kampus Universitas Indonesia ke Depok tahun 1987. Perpindahan Kampus UI ke Depok ini mengubah wajah Kota Depok. Dan transformasi ketigaadalah rencana pembangunan dua jalan tol.
Rencana pembangunan jalan tol tersebut membuat Kota Depok kini makin dilirik investor. Sekarang saja sejumlah pusat perbelanjaan dibangun di Jalan Margonda Raya. Lihatlah, misalnya, ITC Depok (103.270 m2 ) yang dikelola |Grup Sinarmas, Depok Town Square (Detos) seluas 160.000 m2 milik PT Lippo Karawaci, dan Margo City Square (49.000 m2) milik Grup Djarum. Para investor besar ini mengantisipasi perkembangan Kota Depok yang sangat pesat, terutama bila dua jalan tol selesai dibangun, tiga-empat tahun ke depan.
Transformasi pertama adalah pembangunan kawasan perumnas tahun 1976-1980, dan dianggap pembangunan yang berhasil karena merupakan proyek percontohan perumnas. Transformasi kedua adalah pindahnya Kampus Universitas Indonesia ke Depok tahun 1987. Perpindahan Kampus UI ke Depok ini mengubah wajah Kota Depok. Dan transformasi ketigaadalah rencana pembangunan dua jalan tol.
Rencana pembangunan jalan tol tersebut membuat Kota Depok kini makin dilirik investor. Sekarang saja sejumlah pusat perbelanjaan dibangun di Jalan Margonda Raya. Lihatlah, misalnya, ITC Depok (103.270 m2 ) yang dikelola |Grup Sinarmas, Depok Town Square (Detos) seluas 160.000 m2 milik PT Lippo Karawaci, dan Margo City Square (49.000 m2) milik Grup Djarum. Para investor besar ini mengantisipasi perkembangan Kota Depok yang sangat pesat, terutama bila dua jalan tol selesai dibangun, tiga-empat tahun ke depan.
Langganan:
Postingan (Atom)
Diberdayakan oleh Blogger.